Kebebasan Berkehendak

Ada juga yang bertanya, adakah program ini bertujuan untuk mengubah takdir Allah swt kepada hamba-hambaNya? Sesungguhnya adalah mustahil kita yang lemah ini mampu mengubah takdir dan ketetapan oleh Allah swt yang telah tertulis semenjak Azali lagi. Persoalannya, apakah kita tahu takdir yang telah ditentukan oleh Allah swt ke atas kita? Oleh yang demikian, kita harus berhati-hati kerana ditakuti lafaz ucapan kita itu boleh menjatuhkan kita ke dalam golongan Jabariyah mahupun Qadariyah.

Siapakah golongan Jabariyah ini? Menurut Harun Nasution Jabariyah adalah paham yang menyebutkan bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan dari awal oleh Qadha dan Qadar Allah. Maksudnya adalah bahwa setiap perbuatan yang dikerjakan manusia tidak berdasarkan kehendak manusia, tapi diciptakan oleh Tuhan dan dengan kehendak-Nya, di sini manusia tidak mempunyai kebebasan dalam berbuat, kerana tidak memiliki kemampuan. Ada yang mengistilahkan bahwa Jabariyah adalah aliran manusia menjadi wayang dan Tuhan sebagai dalangnya. Secara mudahnya adalah manusia tidak langsung mempunyai daya usaha untuk melakukan sesuatu.

Bagaimanapula dengan golongan Qadariyah? Menurut Ahmad Amin sebagaimana dikutip oleh Dr. Hadariansyah, orang-orang yang berpaham Qadariyah adalah mereka yang mengatakan bahwa manusia memiliki kebebasan berkehendak dan memiliki kemampuan dalam melakukan perbuatan. Manusia mampu melakukan perbuatan, mencakupi semua perbuatan, yakni baik dan buruk. Secara mudahnya pula, mereka menganggap Allah swt tidak langsung terlibat dalam perjalanan hidup manusia di muka bumi. Selagi berkehendak, semua orang boleh memiliki apa yang dikehendaki dan tidak tertakluk kepada ketentuan Allah swt.

Jadi, pegangan yang bagaimana harus menjadi ikutan kita? Ahli sunnah wal Jamaah adalah pegangan yang selamat untuk kita ikuti. Kefahaman ahli Sunnah Wal Jamaah meletakkan kita berperilaku diantara fahaman Jabariyah dan juga Qadariyah. Kefahaman ini tidak melepaskan semuanya kepada ketentuan Allah swt tanpa adanya usaha dan ikhtiar terlebih dahulu dan tidak pula duduk di alam Qadariyah yang merasakan diri serba mampu sehingga lupa untuk berdoa dan berserah diri (bertawakal) kepada Allah swt dalam melakukan sesuatu pekerjaan. Secara mudahnya, pegangan Ahli Sunnah Wal Jamaah menggalakkan kita untuk melakukan sesuatu dengan melibatkan Doa, Usaha, Ikhtiar dan Tawakal.

Hal ini bertepatan dengan firman Allah swt dalam surah Al-Qasas, ayat 77 yang bermaksud:

"Dan carilah dengan segala apa yang diberikan oleh Allah kepada engkau (keselamatan) negeri Akhirat, jangan engkau lupakan bahagian (nasib) engkau di dunia ini, buatlah kebaikan sebagaimana Allah telah berbuat kebaikan kepada engkau dan janganlah engkau membuat bencana di muka bumi ini, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang membuat bencana."

 

Jika anda dapat memahami info yg disampaikan disini, bahawa tidak salah untuk kita mempunyai matlamat kerana itu adalah bahagian untuk kita di dunia. Namun, ikhtiar dan kebebasan berkehendak kita seharusnya sesuai dan selari dengan perintah Allah swt, sepertimana firman Allah yang bermaksud:

“(Allah) mengilhamkan kepada jiwa(sukma) jalan kefasikan (kejahatan) dan ketakwaan (kebaikan). Sesungguh, berbahagialah siapa yang mensucikannya. Dan rugilah siapa yang mengotorinya” ( Al Syams, ayat 8,9,10).

 

Jadi terpulanglah kepada kita untuk menentukan jalan yang kita pilih. Apa langkah yang ingin diambil? Kemana arah dan hala tuju serta bagaimana hendak mencapai matlamat yang dikehendaki. Namun dalam masa yang sama, andai kita dikurniakan petunjuk untuk diikuti bagi menjayakan hasrat dan matlamat tersebut, perjalanan yang berliku akan lebih mudah lagi. Lalu mengapa kita tidak mahu menggunakan petunjuk-petunjuk yang diberikan?